republika.co.id – Ketua Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM) Sleman, Raden Inoki menyampaikan kisah suksesnya dalam pemasaran melalui pasar lelang. Awal PPHPM memulai pasar lelang adalah pada 2015 dengan mempelajari pengelolaan lelang di Kabupaten Kulonprogo, kemudian dikembangkan kembali di Sleman.

“Awal dari perjalanan pasar lelang dimulai dari 4 gapoktan yang sepakat melaksanakan pasar lelang mulai Oktober 2017. Pada awalnya, lelang ini khusus cabai dengan volume 20 kilogram per hari. Kemudian dengan semangat yang berkobar terus-menerus, dari waktu ke waktu petani makin percaya dengan sistem pemasaran dengan lelang. Lelang dimulai dengan cara manual atau konvensional. Jika ada cabai beberapa kilo, pembeli datang kemudian menuliskan nilai rupiah dan dimasukkan dalam toples,” jelas Inoki.

Inoki melanjutkan bahwa kepercayaan petani akan pasar lelang terbentuk karena dalam pasar lelang suplai produk memiliki kuantitas yang besar dan kualitas yang terjaga, juga transparansi harga sehingga terbentuk harga wajar dan keuntungan petani optimal dengan biaya operasional pedagang lebih rendah. Seiring berjalannya waktu, Pasar Lelang Sleman berkembang dengan menggunakan media sosial dalam hal pemasaran dan penawarannya. Disebutkan oleh Inoki bahwa pada tahun 2021 mekanisme lelang dengan fasilitas yang diberikan oleh Bank Indonesia menjadi terdigitalisasi dengan aplikasi dipanen.id.

Kepala Tim Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) Bank Indonesia DI Yogyakarta, Andi Adityaning Palupi menyampaikan strategi nasional Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM untuk mewujudkan UMKM berdaya saing memiliki tiga pilar utama yaitu korporatisasi, kapasitas, dan pembiayaan.

“Pada prinsip pengembangan UMKM, Bank Indonesia menunjang pencapaian kebijakan utama dalam mencapai kestabilan nilai rupiah. Pengembangan UMKM juga memperhatikan potensi dan sumber daya lokal, menjalin kemitraan, dan menjangkau seluruh skala usaha baik mikro maupun makro,” terang Andi.

Seperti yang disampaikan oleh Inoki, Andi juga menyampaikan pentingnya digitalisasi dari hulu sampai ke hilir. Digitalisasi yang dicanangkan sebagai Smart Digital Farming, dengan maksud agar memperluas jangkauan pasar UMKM menuju pasar online melalui Smart Traditional Market, dan pengembangn nontunai melalui QRIS.

Digitalisasi dalam melakukan lelang memberi dampak positif, yang mana proses lelang dapat mendorong peningkatan efektivitas dan efisiensi distribusi barang serta memudahkan dalam proses pemasaran dengan menggunakan pembayaran non tunai, meminimalisir risiko transaksi dan juga pemanfaatan data informasi.

Selain itu, pasar lelang sendiri juga memiliki dampak positif. Bagi petani, dapat meningkatkan minat generasi muda untuk bertani karena potensi keuntungannya, petani menjadi mandiri dari ketergantungan terhadap tengkulak dan sistem ijon.

Bagi pedagang, dapat memudahkan kalkulasi dan perencanaan bisnis. Sementara itu,bagi pemerintah, pasar lelang dapat mendorong stabilitas harga dan terjaganya pasokan, dan bagi masyarakat mendapatkan harga wajar dan pasokan yang terjaga.